Selasa, 30 November 2010

kebutuhan uang saku untuk anak

Setiap anak punya beragam keinginan, dan bermacam tawaran barang tampak menggiurkan di mata mereka. Mulai dari berbagai mainan sampai makanan ringan dan minuman berwarna-warni dijual oleh para pedagang di depan sekolah. Sebuah studi psikologi memberi petunjuk pada para ortu caranya mengajari anak, bagaimana mereka seyogjanya membelanjakan uang saku secara optimal.
Bagi kita orang dewasa, semua mainan yang dijual itu tidak punya nilai apa-apa. Rentan rusak dan murahan. Tetapi bagi anak, itu adalah dunia mereka. Barang yang akan melengkapi dunia fantasi mereka. Karena itu penting sekali pemberian uang saku bagi setiap anak.
 
Mengapa uang saku?
Karena uang saku bagi anak merupakan sumber penghasilan satu-satunya, untuk memenuhi keinginannya. Sebagian anak menghabiskan seluruh uang saku mereka beberapa menit setelah menerimanya. Ada pula anak yang menyimpannya berbulan-bulan. Sebagian anak lain selalu kekurangan uang. Juga ada anak yang membelanjakan uang saku mereka secara optimal. Mengapa bisa terjadi kondisi yang berbeda? Padahal jumlah yang diberikan relatif sama.
Menurut studi yang pernah dilakukan salah satu fakultas psikologi, uang saku sangat berkaitan dengan kehidupan finansial setiap anak di masa depan mereka. Sehingga apa dan bagaimana uang saku (bukan berapa banyak) adalah aspek pembelajaran amat penting bagi keturunan kita!
 
Keempat aspek pembelajaran seputar uang saku hasil riset tersebut:
1) Nilai uang. Seorang anak dapat menilai uang saku yang diberikan ortu dengan bermacam barang. Apakah duit yang ia terima itu berlebihan atau kurang. Seberapa mahal barang yang ingin dia beli. Semurah apa hingga dia masih bisa membelanjakannya untuk hal lain, atau menabung.
2) Memutuskan sendiri. Apa yang ingin dibeli dengan uang yang ia terima? Berguna atau tidak? Jika berguna, sejauh apa dan berapa lama?
3) Organisasi. Jika tidak dipilah-pilah untuk apa saja supaya optimal, uang saku akan cepat habis.
4) Penyamaan. Bagaimana pengaturan “tujuan finansial” di keluarga sendiri dengan interaksi di kelompok teman?
 
Kesimpulan riset: Anak yang di usia balita sudah belajar tentang uang, dan bagaimana harus mengatur pengeluarannya, dia bakal lebih mudah menguasai masalah keuangan saat dewasa kelak. Bahkan pada usia taman kanak-kanak ortu sudah boleh memberi uang saku. Besarnya bervariasi tergantung di kota mana anak tinggal.
Uang saku untuk anak yang sekolah di Jombang tentu berbeda dengan mereka yang sekolah di Jakarta, misalnya. Uang saku anak TK sebesar Rp 5.000 / hari untuk ukuran kota Jombang sudah lumayan besar. Tetapi di Jakarta Rp 5.000 / hari tentunya sangat tidak mencukupi.
 
Efek pembelajaran optimal
Supaya anak Anda mendapat efek paling optimal lewat uang saku ini, Anda sebagai ortu sebaiknya memperhatikan 7 saran dari para pakar psikologi anak berikut ini:
1) Biarkan anak Anda bebas menentukan sendiri, untuk apa ia memanfaatkan yang sakunya. Anda dapat memberi saran, hanya dan hanya jika anak Anda bertanya. Tetapi memutuskan harus ia sendiri. Di sini anak Anda akan belajar mengenai pengambilan keputusan.
2) Uang saku wajib diberikan tanpa anak harus memintanya atau mengingatkan ortu. Jangan biarkan anak Anda merengek atau mengemis minta uang saku.
3) Termin pembayaran uang saku diupayakan selalu tepat dan teratur. Misalnya setiap akan berangkat ke sekolah, pukul 06.00 pagi. Ini gunanya untuk mendidik anak soal perencanaan.
4) Uang saku harus selalu diberikan tidak tergantung apakah anak Anda sedang berulah (nakal) atau tidak. Uang saku jangan dikaitkan dengan hukuman.
5) Jangan memberi anak Anda uang saku berlebih, seandainya ia “bangkrut” atau sampai berhutang pada seorang penjual mainan. Bicarakan dengan dia, bagaimana koq bisa sampai pada keadaan ini. Diskusikan cara mencegah terulangnya peristiwa tersebut.
6) Jangan memberi uang saku terlalu banyak, sebab anak akan kehilangan orientasi. Uang saku yang berlebihan bakal menjadikan anak makhluk mewah dan boros.
7) Besarnya uang saku tidak berbeda, apakah anak Anda laki-laki atau perempuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar